Senin, 28 November 2011

KETRAMPILAN PEMBELAJARAN MANDIRI



PENDAHULUAN

Dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari berbagai variabel pokok yang saling berkaitan yaitu kurikulum, guru/pendidik, pembelajaran, peserta. Dimana semua komponen ini bertujuan untuk kepentingan peserta. Berdasarkan hal tersebut pendidik dituntut harus mampu menggunakan berbagai model pembelajaran agar peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar. Hal ini dilatar belakangi bahwa peserta didik bukan hanya sebagai objek tetapi juga merupakan subjek dalam pembelajaran. Peserta didik harus disiapkan sejak awal untuk mampu bersosialisasi dengan lingkungannya sehingga berbagai jenis model pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik.
Model-model pembelajaran sosial merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan di kelas dengan melibatkan peserta didik secara penuh (student center) sehingga peserta didik memperoleh pengalaman dalam menuju kedewasaan, peserta dapat melatih kemandirian, peserta didik dapat belajar dari lingkungan kehidupannya.



BAB II
PEMBAHASAN
KETERAMPILAN  PEMBELAJARAN MANDIRI

1. Definisi Pembelajaran Mandiri

Pembelajaran mandiri adalah proses belajar yang mengajak siswa melakukan tindakan mandiri yang melibatkan satu orang ataupun  satu kelompok. Tindakan mandiri ini dirancang untuk menghubungkan pengetahuan akademik dengan kehidupan siswa sehari-hari secara sedemikian rupa untuk mencapai tujuan yang bermakna. Tujuan ini mungkin menghasilkan hasil yang nyata maupun yang tidak nyata.
Hal ini mungkin bertentangan dengan proses pendidikan saat ini yang cenderung ingin ‘instan’ dan memperlakukan semua siswa sama rata sehingga mengabaikan keunikan indirivdu siswa yang memiliki potensi kemampuan yang berbeda serta memiliki gaya belajar yang berbeda pula. Pembelajaran mandiri membebaskan siswa untuk belajar sesuai dengna gaya belajar mereka sendiri, sesuai dengan kecepatan belajar mereka dan sesuai dengan arah minat dan bakat mereka dalam menggunakan kecerdasan majemuk yang mereka miliki.
 Belajar mandiri tidak berarti belajar sendiri. Hal yang terpenting dalam proses belajar mandiri ialah peningkatan kemauan dan keterampilan siswa/peserta didik dalam proses belajar tanpa bantuan orang lain, sehingga pada akhirnya siswa/peserta didik tidak tergantung pada guru/instruktur, pembimbing, teman, atau orang lain dalam belajar. Dalam belajar mandiri siswa/peserta didik akan berusaha sendiri dahulu untuk memahami isi pelajaran yang dibaca atau dilihatnya melalui media audio visual. Kalau mendapat kesulitan barulah bertanya atau mendiskusikannya dengan teman, guru/instruktur atau orang lain. Siswa/peserta didik yang mandiri akan mampu mencari sumber belajar yang dibutuhkannya.
2. Pengetahuan dan Keterampilan Penting dalam Pembelajaran Mandiri

Terdapat dua hal esensial sehububungan dengan hal ini yaitu:
1. pembelajaran mandiri mengharuskan siswa memiliki beberapa keterampilan dan pengetahuan tertentu seperti mengambil tindakan, keterampilan bertanya, membuat keputusan, berpikir kreatif dan kritis, memiliki kesadaran diri dan mampu bekerja-sama.
2.  mengharuskan siswa benar-benar melakukan hal tersebut.
a. Mengambil Tindakan
Intinya adalah dimana anak tidak hanya belajar secara ‘teoritis’ dengan membaca, melihat dan menonton saja, melainkan juga siswa aktif bertindak, learning by doing’ dimana siswa mencari dan menggabungkan informasi secara aktif dari masyarakat,, ruang kelas maupun sumber lainya, lalu menggunakannya untuk  alasan tertentu sehingga informasi tersebut akan tersimpan dalam ingatan (Souders & Prescot, 1999). Siswa yang menghimpun menyentuh, memanipulasi objek secara langsung akan menyerap informasi dan menyimpan informasi lebih baik dibandingkan jika mereka hanya mendengar, melihat di televisi, film atau komputer.  Misalnya, siswa belajar mengenai pentingnya peninggalan arkeologi dengan menggali tulang-belulang yang tentunya sudah dikondisikan guru. Hal  ini akan jauh lebih menarik dan pengalaman tersebut akan lebih tertanam dalam benak siswa dibandingkan misalnya jika siswa hanya membaca mengenai peninggalan arkeologis.

b. Mengajukan Pertanyaan
Brooks & Brooks (1993) menyatakan bahwa untuk bisa mengerti, siswa harus mencari makna. Dan untuk dapat mencari makna, siswa harus punya kesempatan untuk membentuk dan mengajukan pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang kritis dan terbuka akan merangsang kreativitas dan rasa ingin tahu siswa, seperti misalnya: dari mana susu berasal. Dari pertanyaan sederhana ini bisa saja akan menjadi semakin mendalam sampai pada proses pembuatan, pasteurisasi dan mungkin strategi pemasarannya.

c. Membuat Pilihan
Dalam pembelajaran mandiri, siswa tidak hanya memilih rancangan kerja mereka sendiri melainkan juga memutuskan bagaimana mereka berperan serta dalam berpartisipasi sesuai bakat dan minat mereka. Selain itu, mereka juga dapat membuat pilihan akan gaya belajar apa yang sesuai dengan mereka, sehingga hal ini kelak dapat membantu siswa untuk mencapai prestasi atau keunggulan, dan juga membuat kegiatan belajar menjadi menyenangkan dan bermakna.

d. Membangun Kesadaran Diri
Dalam berinteraksi dengan diri sendiri dan orang lain siswa baik secara langsung dan tidak langsung mengenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri dan orang lain, serta belajar bagaimana untuk mengekspresikan emosi secara wajar sesuai dengan tuntutan lingkungan sosialnya. Kesadaran diri yang diartikan sebagai kemampuan untuk merasakan perasaan saat perasaan itu muncul adalah kemampuan khas manusia. Kemampuan ini membuat kendali diri dan regulasi emosi menjadi memungkinkan. Keterampilan ini akan lebih terasah dikala siswa bekerja dan belajar serta berinteraksi dalam sebuah kelompok.

e. Kerja Sama
Ini merupakan komponen penting dalam CTL. Para siswa biasanya belajar dalam kelompok-kelompok kecil dan otonom. Kerjasama dalam kelompok dapat mengurangi hambatan akibat keterbatasan penalaman, pengetahuan dan cara pandang yang terbatas diantara individu anggota kelompok. Selain itu dalam belajar kelompok, dipelajari pula mengenai bagaimana cara mengemukakan pendapat, menghargai pendapat orang lain, berpikiran terbuka, belajar melakukan dialog atau pertukaran pandangan, serta mengambil keputusan bersama.

Di bawah ini disajikan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan kerja-sama dalam kelompok:
·      Tetap fokus pada tugas kelompok
·      Bekerja kooperatif dengan anggota kelompok lainnya
·      Membuat keputusan kelompok
·      Meyakinkan bahwa setiap anggota kelompok memahami solusi yang ada dalam kelompok sebelum melangkah lebih lanjut
·      Mendengarkan dan menhargai pendapat orang lain
·      Bergantian dalam memimpin kelompok
·      Memastikan tiap anggota berperan aktif dan berpartisipasi serta tidak ada yang mendominasi kelompok
·      Bergiliran mencatat hasil diskusi kelompok

3. Proses Belajar Mandiri

Inti dari proses belajar mandiri adalah : PDSA (Plan, Do, Study, Act), konsep yang dikembangkan oleh Edward Deming (1994), dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Siswa secara mandiri menetapkan tujuan
Dengan cara ini para siswa diberi kesempatan untuk menerapkan keahlian personal dan akademik dalam kehidupan sehari-hari dan proses ini membantu mereka mencapai standar akademik yang tinggi. 
b. Siswa mandiri membuat rencana
Siswa dalam kelompok secara kolektif menentukan langkah-langkah yang akan ditempuh dalam rencana kerja mereka. Hal ini dapat berupa penyelesaian masalah, menentukan persoalan, atau menciptakan suatu projek. Penentuan langkah kerja ini tergantung dari tujuan kelompok. Dalam dinamika kelompok, berbagai keterampilan seperti pengambilan tindaka, bertanya, menganalisis informasi secara kreatif dan kritis, mengemukakan pendapat sekaligus menghargai pendapat orang lain. Kesemua hal  tersebut membantu siswa dalam melakukan pembelajaran mandiri yang lebih matang dan turut membentuk pola pembelajaran sepanjang hayat.
 c. Siswa mandiri mengikuti rencana dan mengukur kemajuan diri
Dengan melakukan refleksi dan evaluasi diri, siswa akan belajar dari kesalahan yang mungkin mereka buat dan berusaha memperbaikinya serta melakukan adaptasi-adaptasi yang diperlukan.
d. Siswa mandiri membuahkan hasil akhir
Siswa dapat menentukan bagaimana mereka akan menampilkan hasil akhir dari kelompok mereka, apakah dengan menggunakan portofolio, dengan presentasi atau mungkin dengan suatu pertunjukan (performance). Hal ini kelak bermanfaat bagi kehidupan siswa di masyarakat, keluarga maupun dunia kerja nantinya.
e. Siswa melakukan penilaian autentik
Dengan melakukan penilaian terhadap hasil kerja siswa berupa portofolio, jurnal, presentasi dan performance siswa, guru akan dapat memperkirakan seberapa banyak dan seberapa dalam siswa menguasai materi pelajaran.

            4. Peran Guru dalam Pembelajaran Mandiri

Pada dasarnya guru berperan dalam mengembangkan pengetahuan dan keahlian yang tidak akan siswa dapatkan dari sekedar menjawab pertanyaan factual mengenai topik tertentu. Dedikasi guru sangatlah penting dan tanpa hal ini, proses belajar mandiri akan gagal. Peran guru dalam CTL adalah sebagai ‘ahli’ yang menguasai materi serta memimpin siswa, sekaligus sebagai ‘mentor’ yang mengarahkan dan membimbing siswa.
Proses belajar mandiri memberi kesempatan peserta didik untuk mencerna materi ajar dengan sedikit bantuan guru. Mereka mengikuti kegiatan belajar dengan materi ajar yang sudah dirancang khusus sehingga masalah atau kesulitan belajar sudah diantisipasi sebelumnya. Model belajar mandiri ini sangat bermanfaat, karena dianggap luwes, tidak mengikat serta melatih kemandirian siswa agar tidak bergantung atas kehadiran atau uraian materi ajar dari guru. Berdasarkan gagasan keluwesan dan kemandirian inilah belajar mandiri telah ber’metamorfosis’ sedemikian rupa, diantaranya menjadi sistem belajar terbuka dan belajar jarak jauh. Perubahan tersebut juga dipengaruhi oleh ilmu-ilmu lain dan kenyataan di lapangan.
Proses belajar mandiri mengubah peran guru atau instruktur, menjadi fasilitator atau perancang proses belajar. Sebagai fasilitator, seorang guru atau instruktur membantu peserta didik mengatasi kesulitan belajar, atau ia dapat menjadi mitra belajar untuk materi tertentu pada program tutorial. Tugas perancang proses belajar mengharuskan guru untuk mengolah materi ke dalam format sesuai dengan pola belajar mandiri.
Sistem belajar mandiri menuntut adanya materi ajar yang dirancang khusus untuk itu. Menurut Prawiradilaga (2004 : 194) Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh materi ajar ini adalah:
1). Kejelasan rumusan tujuan belajar (umum dan khusus).
2). Materi ajar dikembangkan setahap demi setahap, dikemas mengikuti alur desain pesan, seperti keseimbangan pesan verbal dan visual.
3). Materi ajar merupakan sistem pembelajaran lengkap, yaitu ada rumusan tujuan belajar, materi ajar, contoh/bukan contoh, evaluasi penguasaan materi, petunjuk belajar dan rujukan bacaan.
4). Materi ajar dapat disampaikan kepada siswa melalui media cetak, atau komputerisasi seperti CBT, CD-ROM, atau program audio/video.
5). Materi ajar itu dikirim dengan jasa pos, atau menggunakan teknologi canggih dengan internet (situs tertentu) dan e-mail; atau dengan cara lain yang dianggap mudah dan terjangkau oleh peserta didik.
6). Penyampaian materi ajar dapat pula disertai program tutorial, yang diselenggarakan berdasarkan jadwal dan lokasi tertentu atau sesuai dengan kesepakatan bersama.
Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan–keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa. Pendekatan keterampilan proses pada pembelajaran sains lebih menekankan pembentukan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan mengkomunikaskan hasilnya. Mukminan (2003:2) menyatakan bahwa pendekatan yang sekarang dikenal dengan keterampilan proses dan cara belajar siswa aktif (CBSA) masih belum banyak terwujud, serta pembelajaran kurang memperhatikan ketuntasan belajar secara individual.
Pendekatan keterampilan proses bertujuan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh individu siswa. Dimyati dan Mudjiono (2002:138) memuat ulasan pendekatan keterampilan proses yang diambil dari pendapat Funk (1985) sebagai berikut: (1) Pendekatan keterampilan proses dapat mengembangkan hakikat ilmu pengetahuan siswa. Siswa terdorong untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan baik karena lebih memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan; (2) Pembelajaran melalui keterampilan proses akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak hanya menceritakan, dan atau mendengarkan sejarah ilmu pengetahuan; (3) Keterampilan proses dapat digunakan oleh siswa untuk belajar proses dan sekaligus produk ilmu pengetahuan. Pendekatan Keterampilan Proses sains memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara nyata bertindak sebagai seorang ilmuwan (Dimyati dan Mudjino, 2002:139). Dari uraian di atas dapat diutarakan bahwa dengan penerapan pendekatan keterampilan proses menuntut adanya keterlibatan fisik dan mental-intelektual siswa. Hal ini dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan intelektual atau kemampuan berfikir siswa. Selain itu juga mengembangkan sikap-sikap ilmiah dan kemampuan siswa untuk menemukan dan mengembangkan fakta, konsep, dan prinsip ilmu atau pengetahuan.
Selanjutnya dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari secara obyektif dan rasional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses sains merupakan kegiatan intelektual yang biasa dilakukan oleh para ilmuwan dalam menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk-produk sains. Keterampilan proses dalam pengajaran sains merupakan suatu model atau alternatif pembelajaran sains yang dapat melibatkan siswa dalam tingkah laku dan proses mental, seperti ilmuwan. Funk (1985) dalam Dimyati dan Mudjiono, (2002: 140) mengutarakan bahwa berbagai keterampilan proses dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu: keterampilan proses dasar (basic skill) dan keterampilan terintegrasi (integarted skill). Keterampilan proses dasar meliputi kegiatan yang berhubungan dengan observasi, klasifikasi, pengukuran, komunikasi, prediksi, inferensi. Bila dikaji lebih lanjut sebagai berikut.
1. Observasi
Melalui kegiatan mengamati, siswa belajar tentang dunia sekitar yang fantastis. Manusia mengamati objek-objek dan fenomena alam dengan melibatkan indera penglihat, pembau, pengecap, peraba, pendengar. Informasi yang diperoleh itu, dapat menuntut interpretasi siswa tentang lingkungan dan menelitinya lebih lanjut. Kemampuan mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam proses dan memperoleh ilmu serta hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan proses yang lain. Mengamati merupakan tanggapan terhadap berbagai objek dan peristiwa alam dengan pancaindra. Dengan obsevasi, siswa mengumpulkan data tentang tanggapan-tanggapan terhadap objek yang diamati.

2. Klasifikasi
Sejumlah besar objek, peristiwa, dan segala yang ada dalam kehidupan di sekitar, lebih mudah dipelajari apabila dilakukan dengan cara menentukan berbagai jenis golongan. Menggolongkan dan mengamati persamaan, perbedaan dan hubungan serta pengelompokan objek berdasarkan kesesuaian dengan berbagai tujuan. Keterampilan mengidentifikasi persamaan dan perbedaan berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya sehingga didapatkan golongan atau kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud.

3. Komunikasi
Manusia mulai belajar pada awal-awal kehidupan bahwa komunikasi merupakan dasar untuk memecahkan masalah. Keterampilan menyapaikan sesuatu secara lisan maupun tulisan termasuk komunikasi. Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai penyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara dan visual (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 143). Contoh membaca peta, tabel, garfik, bagan, lambang-lambang, diagaram, demontrasi visual.

4. Pengukuran
Mengukur dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Keterampilan dalam menggunakan alat dalam memperoleh data dapat disebut pengukuran.

5. Prediksi
Predeksi merupakan keterampilan meramal yang akan terjadi, berdasarkan gejala yang ada. Keteraturan dalam lingkungan kita mengizinkan kita untuk mengenal pola dan untuk memprediksi terhadap pola-pola apa yang mungkin dapat diamati. Dimyati dan Mudjiono (2002: 144) menyatakan bahwa memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam pengetahuan.

6. Inferensi
Melakukan inferensi adalah menyimpulkan. Ini dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang diketahui.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Mandiri
  • Terbuka terhadap setiap kesempatan belajar
  • Memiliki konsep diri sebagai warga belajar yang efektif
  • Berinisiatif dan merasa bebas dalam belajar
  • Memiliki kecintaan terhadap belajar
  • Kreativitas
  • Memiliki orientasi ke masa depan
  • Kemampuan menggunakan keterampilan belajar yang mendasar dan memecahkan masalah
  • Mengupayakan atau menciptakan suasana/ kondisi yang memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar
  • Membantu peserta didik lebih memahami tujuan belajarnya
  • Mendorong peserta didik untuk dapat mengimplementasikan tujuannya
  • Berusaha mengorganisasi dan mencari kemudahan-kemudahan penggunaan sumber/ sarana belajar yang tersedia
  • Menempatkan dirinya sebagai sumber belajar
  • Menerima respon tiap ekspresi peserta didik secara intelektual dan empatik
  • Menciptakan iklim yang kondusif
  • Mengambil inisiatif dalam mengadakan urun rembuk
  • Melalui pengalaman bersama peserta didik
  • Memfungsikan kedudukannya sebagai fasilitator.
6. Discovery Learning

J. Bruner telah mengembangkan belajar penemuan (discovery learning) yang berdasarkan kepada pandangan kognitif tentang pembelajaran dan prinsip-prinsip konstruktivis. Pada discovery learning siswa didorong untuk belajar secara mandiri. Siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dan guru mendorong siswa untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan mereka menemukan konsep dan prinsip-prinsip. Carin (1985), discovery merupakan suatu proses di mana anak atau individu mengasimilasi proses konsep dan prinsip-prinsip.
Discovery terjadi apabila siswa terlibat secara aktif dalam menggunakan mentalnya agar memperoleh pengalaman, sehingga memungkinkan untuk menemukan konsep atau prinsip. Proses-proses mental itu melibatkan perumusan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, melaksanakan eksprimen, mengumpulkan dan menganalisis data, serta menarik kesimpulan. Di samping itu juga diperlukan sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu dan terbuka (inilah yang dimaksud dengan sikap ilmiah). Discovery learning memiliki beberapa keuntungan, yaitu: (1) pengetahuan yang diperoleh dapat bertahan lebih lama dalam ingatan, atau lebih mudah diingat, dibandingkan dengan cara-cara lain, (2) dapat meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir, karena mereka harus menganalisis dan memanipulasi informasi untuk memecahkan permasalahan, (3) dapat membangkitkan keingintahuan siswa, memotivasi sisa untuk bekerja terus sampai mereka menemukan jawabannya.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran mandiri memberikan siswa kesempatan yang luar biasa untuk mempertajam kesadaran mereka akan lingkungan mereka dan memungkinkan siswa untuk membuat pilihan-pilihan positif tentang bagaimana mereka akan memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari.






DAFTAR PUSTAKA

Kamis, 08 September 2011

Ekologi Lingkungan

A. KERUSAKAN LINGKUNGAN

Kerusakan lingkungan adalah deteriorasi lingkungan dengan hilangnya sumber daya air, udara, dan tanah; kerusakan ekosistem dan punahnya fauna liar. Kerusakan lingkungan adalah salah satu dari sepuluh ancaman yang secara resmi diperingatkan oleh High Level Threat Panel dari PBB. The World Resources Institute (WRI), UNEP (United Nations Environment Programme), UNDP (United Nations Development Programme), dan Bank Dunia telah melaporkan tentang pentingnya lingkungan dan kaitannya dengan kesehatan manusia, pada tanggal 1 Mei 1998.

Ketika alam rusak dihancurkan dan sumber daya menghilang, maka lingkungan sedang mengalami kerusakan. Environmental Change and Human Health, bagian khusus dari laporan World Resources 1998-99 menjelaskan bahwa penyakit yang dapat dicegah dan kematian dini masih terdapat pada jumlah yang sangat tinggi. Jika perubahan besar dilakukan demi kesehatan manusia, jutaan warga dunia akan hidup lebih lama. Di negara termiskin, satu dari lima anak tidak bisa bertahan hidup hingga usia lima tahun, terutama disebabkan oleh penyakit yang hadir karena keadaan lingkungan yang tidak baik. Sebelas juta anak-anak meninggal setiap tahunnya, terutama disebabkan oleh malaria, diare, dan penyakit pernafasan akut, penyakit yang sesungguhnya sangat mungkin untuk dicegah.
contoh kerusakan lingkungan Gambar. Kerusakan Lingkungan


B.KRITERIA KERUSAKAN LINGKUNGAN

Indikator-indikator kerusakan lingkungan itu salah satunya dapat dengan mudah
kita identifikasi melalui kualitas parameter penyebab dampak. hasil identifikasi
tersebut selanjutnya kita compare dengan baku mutu lingkungan atau nilai ambang
batas yang ditetapkan oleh instansi berkompeten, apakah melebihi atau tidak
memenuhi baku mutu lingkungan apa tidak. baku mutu lingkungan tersebut dapat
berupa sk gubernur, kept. meneg lh, se menteri tenaga kerja dan sebagainya.

Semisal, anda punya tahapan proses plating. dari bahan baku, bahan penolong dan
sistem proses yang anda pakai, anda tentu saja sudah dapat mengidentifikasi
secara kualitatif parameter apa saja yang menjadi penyebab dampak lingkungan
jika parameter-parameter tersebut terbuang ke lingkungan. jika merasa kurang
cermat, anda bisa melakukan uji lab secara kualitatif. identifikasi kualitatif
ini selanjutnya diuji secara kuantitatif, dan hasil uji inilah yang kita compare
terhadap baku mutu lingkungan tadi. hal yang sama berlaku untuk setiap waste
baik dalam bentuk padat, cair, debu, gelombang elektromagnetik, radiasi, emisi
gas dan gas ambien. pengujian setiap parameter memiliki metoda pengujian yang
berbeda-beda. misalnya limbah lumpur. untuk menetapkan limbah tersebut berbahaya
apa tidak, perlu dilakukan satu prosedur pengujian yang dikenal sebagai test
tclp.

Selain parameter kimia, fisika dan biologi, jangan lupa bahwa hal yang sama
penting juga harus dilakukan terhadap parameter sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat dalam batasan audit yang kita lakukan. semisal persepsi masyarakat
terhadap satu aktivitas proyek yang kita audit, tingkat kesejahteraan mereka
dikaitkan dengan eksistensi proyek yang kita audit, dan sebagainya. sebab
keberadaan satu proyek bisa juga dikatakan mencemari lingkungan apabila tidak
mampu membina persepsi masyarakat terhadap eksistensinya.

Berbagai test yang dijelaskan tadi, tidak hanya dilakukan terhadap subjek yaitu
sumber-sumber penyebab dampak, seperti air limbah, emisi gas, radiasi, dsb. tapi
juga terhadap objek terkena dampak yaitu lingkungan. lingkungan dalam hal ini
dapat berupa air badan air, air bawah tanah, air permukaan, udara ambien, hewan,
manusia dan berbagai komponen lingkungan lainnya.

Persoalannya sekarang, indikasi kerusakan lingkungan yang kita hitung sering
tidak akurat disebabkan oleh empat hal:

1. Baku mutu lungkungan yang ada tidak up-dated

Lihat saja baku mutu lingkungan air badan air yang ada di wilayah jawa barat, itu dibuat pada tahun 1991. bahkan baku mutu lingkungan air limbah mereka ditetapkan pada tahun 1982.

Padahal perubahan daya dukung lingkungan begitu dinamis dari tahun ke tahun.
daya dukung lingkungan jawa barat pada tahun 1982 tentu saja jauh lebih kapable
dibanding pada hari ini. dengan kata lain, baku mutu lingkungan tersebut tidak
lagi menggambarkan keadaan sebenarnya daya dukung lingkungan yang ada di jawa
barat. kalau jawa barat saja begitu rupa, apalagi propinsi yang lain di
indonesia tentu lebih kacau lagi. ini sebagai bukti tidak adanya perhatian yang
serius dari pemerintah pusat dan otorita daerah terhadap kelestarian lingkungan
yang pada akhirnya tidak support pada konsep pembangunan berkelanjutan yang
hari-hari ini begitu gencar dibicarakan.

2. Beberapa baku mutu lingkungan dibuat dalam skala nasional.

Hal ini membuat angka-angka yang muncul merupakan representasi dari daya dukung
lingkungan indonesia secara keseluruhan, padahal daya dukung lingkungan itu
sangat spesifik pada setiap wilayah di indonesia. masakan identifikasi kualitas
lingkungan di jawa barat menggunakan baku mutu lingkungan yang sama dengan yang
ada di aceh sigli atau denpasar misalnya. ini ngaco banget. idealnya setiap
kabupaten dan kodya di indonesia harus memiliki aku mutu lingkungan itu. ini
sebagai bukti tidak adanya prioritas yang serius dari pemerintah pusat dan
pemerintah otorita daerah terhadap kelestarian lingkungan yang pada akhirnya
tidak support pada konsep pembangunan berkelanjutan yang hari-hari ini begitu
gencar dibicarakan.

3. Disebabkan oleh ketidakakuratan dari baku mutu lingkungan itu sendiri.

Hal ini berkaitan dengan ketersediaan teknologi dan sumberdaya manusia sontoloyo
yang terlibat dalam penetapan baku mutu lingkungan tidak bekerja secara cermat
dan akurat.

4. Disebabkan oleh anda sendiri yang sedang melakukan audit tidak cermat
dan akurat.

Mungkin itu karena ketidaktersediaan investigation apparatus yang
tidak kapable, tidak calibrated atau memang karena anda sendiri yang tidak
mampu.

C. DRAINASE

Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara natural maupun dibuat oleh manusia. Dalam bahasa Indonesia, drainase bisa merujuk pada got di permukaan tanah atau gorong-gorong di bawah tanah. Drainase penting untuk mengatur suplai air demi pencegahan banjir.

Menurut Dr. Ir. Suripin, M.Eng., drainase adalah mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.

D. Jenis DRAINASE
Drainase terbagi menjadi:
• drainase utama
• drainase sekuder
• drainase tersier
• drainase laut

E. PERMASALAHAN DRAINASE

Manajemen sampah yang tidak bagus dapat menyebabkan tersumbatnya sistem drainase, yang bisa menyebabkan meluapnya air akibat berkurangnya debit air yang dapat ditampung dan disalurkan oleh drainase.
Pertambahan jumlah penduduk juga menjadi masalah sendiri bagi daya tampung drainase. Meningkatnya jumlah penduduk berarti bertambahnya infrastruktur, yang diiringi oleh bertambahnya jumlah limbah yang dikeluarkan ke lingkungan

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung.Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka Sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya.

Sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah yang biasa digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit yang disebabkan==== Sampah Cair ====

Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.
• Limbah hitam: sampah cair yang ==== Sampah Cair ====
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.
• Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini mengandung patogen yang berbahaya.
• Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.
Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi.
Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi. saya merasa lucu
Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh (manusia) pengguna barang, dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah. Ini adalah sampah yang umum dipikirkan manusia. Meskipun demikian, jumlah sampah kategori ini pun masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari proses pertambangan dan industri.

A. Dasar-Dasar Geografi

A. Pengertian Geografi
Geografi adalah ilmu pengetahuan mengenai perbedaan dan persamaan gejala alam dan kehidupan di muka bumi serta interaksi antara manusia dengan lingkungannya dalam konteks keruangan dan kewilayahan.(Merujuk pada hasil seminar para pakar Geografi Indonesia/IGI di Semarang, 1988)

B. Ruang Lingkup Geografi
Ruang lingkup pelajaran geografi meliputi semua gejala, fenomena di muka bumi baik yang bersifat alamiah maupun sosial, termasuk proses yang mengakibatkan timbulnya fenomema itu.